Lantau Peak

Oleh Yuli Duryat

Gambar pemandangan Lantau Peak satu ini saya ambil dari google, saat sinar matahari tak terhalang mendung. Sangat indah.

Hari Senin tanggal 1 Oktober lalu saat bertemu teman di stasiun Tung Chung, dia sempat khawatir pada saya saat kami hendak mendaki gunung bersama. Tentu saya maklum saat dia mengira saya nggak bisa bertahan sampai di puncak, namun dalam hati saya berjanji bahwa saya bisa melakukannya, meski saya kewalahan pada saat mendaki gunung beberapa bulan lalu padahal medan tidak begitu tinggi dan terjal. Hari itu, rombongan pecinta alam hendak mendaki Lantau Peak yang lumayan tinggi. Pegunungan ini adalah gunung tertinggi ke dua di Hong Kong, sementara saya bukanlah pendaki gunung, hanya modal nekat saja saya ikut serta. Dan saya tidak menyesal setelah bersusah payah mendaki, ternyata menyenangkan, terlebih cuaca hari itu lumayan sejuk. Sesekali angin utara menyapu rumput, pohon dan bebatuan di atas bukit. Kabar buruknya, foto yang kami ambil sebagian kurang sempurna akibat kabut dan awan putih yang begitu betahnya menyelimuti bumi.

Dan tidak ada dalam bayangan saya sebelumnya, ternyata begitu banyak para pecinta alam lain yang ikutan hiking pada hari yang sama. Ah betapa menyenangkannya, “kalau aku pingsan nanti, nggak usah khawatir banyak orang yang bakal menolongku,” kelakar saya di saat kami baru saja mulai mendaki.

Lantau Peak alias Fun Wong Shan/Phoenix Mountain yang terletak di barat laut pulau di Hong Kong SAR atau Daerah Administratif Khusus, di bawah urutan pertama yaitu Victoria Peak (552m) puncak tertinggi di Hong Kong Island. Banyak orang lebih cenderung berfikir tentang tempat perbelanjaan dan gedung pencakar langit ketika berkunjung ke Hong Kong. Namun, sejatinya, Hong Kong SAR, terdiri dari Hong Kong Island, Lantau Island, dan semenanjung New Territories, memiliki banyak hiking trails dan taman yang bagus untuk dikunjungi.

Meski selama perjalanan saya merasa geli akibat banyak cacing yang berkeliaran, sebagian banyak sudah mati kering, atau terinjak pendaki lain. Bahkan saya sempat menyebut Lantau Peak ini sebagai pulau cacing, karena sepanjang mendaki kami terus berpapasan dengan hewan melata satu ini.

Lantau Peak adalah puncak tertinggi di Pulau Lantau atau biasa disebut juga dengan Tai Shan Yue/Big Island Mountain, sebuah pulau hampir dua kali ukuran Hong Kong Island tetapi hanya dengan sekitar 1/50th penduduk (30.000). Puncak Lantau Trail terletak di sepanjang 70 km sebelah timur dari Ngong Ping dan Po Lin Monastery, rumah dari Tiantau patung Buddha, patung perunggu terbesar di dunia.

Biasanya, para hiker mendaki ke puncak dari setiap titik pada Lantau Trail. Namun, lokasi paling nyaman untuk memulai pendakian adalah di Po Lin Monestary di Ngong Ping. Bisa mengambil bus atau transportasi lain ke Po Lin Monestary (Bus No. 2 dari Mui Wo). Setelah sampai di sana, melewati patung Tiantau Budha dan kepala timur melewati monestary di mana akan menemukan tanda-tanda trailhead ke puncak Lantau yaitu sebuah gerbang kayu. Menyadari hal ini, ternyata kami mendaki dengan arah yang berlawanan. Karena justru di gerbang inilah ujung dari perjalanan kami.

Dari sini, kelas 1 jejak pendek (1-2 km) sampai ke puncak di mana pendaki bisa menyaksikan sunset dan sunrise yang indah dari atas bukit. Namun untuk menunggu sunset, dan turun saat hari mulai gelap akan sangat berbahaya, sebab medan begitu terjal dan tebing di kiri kanan bukit begitu curam. Kabar baiknya, sepanjang jalan mendaki dan menuruni bukit terdapat seperti undakan yang memudahkan para pendaki.

Banyak orang mendaki puncak ini di hari libur untuk menyaksikan matahari terbit atau matahari terbenam dari puncak, sekaligus cara yang bagus untuk menjauh dari kepenatan dan kesibukan kota Hong Kong selama beberapa jam. Pemandangan dari pegunungan dan desa-desa kecil sepanjang pantai telah banyak mengalami perubahan akibat sebagian besar penduduk telah berpindah ke kota.

Meskipun kaki terasa pegal, namun puas rasanya bisa memanjakan mata dengan pemandangan alam yang lumayan keren.

Dari kebiasaan melihat bejubel orang, pertokoan dan kesibukan Hong Kong, rasanya begitu adem bisa melihat laut, gunung, dan memanjakan hidung dengan bau-bauan rumut dan alam lain, terasa begitu nyaman.

Setelah beberapa jam menahan rasa pegal di kaki, oleh sebab tidak biasa mendaki, sambil melepaskan rasa lelah, rombongan kami melihat seekor kerbau kesepian yang dijadikan objek foto oleh pengunjung di dekat Patung Budha Terbesar di dunia. Saya merasa prihatin kepadanya meskipun tak ada yang bisa saya lakukan selain memandang dengan iba.

Setelah merasa cukup beristirahat, dan berfoto sebentar di bawah patung budha, saya pun pulang naik kereta cepat disambung bus dengan perasaan puas.

Dilanjut dengan naik bus sekali lagi menuju apartemen di daerah Fanling setelah turun di stasiun Tshing Yi, hanya berjarak dua stasiun dari Tung Chung.

Meski cuaca tidak begitu bersahabat karena sepanjang hari matahari tidak memunculkan batang hidungnya, serta mendung tanpa jemu menggelayut di dada langit, saya merasa hari Senin 1 Oktober 2012 lalu adalah liburan yang menyenangkan.

Leave a comment